
Routing adalah proses pengiriman data dari satu jaringan ke jaringan lainnya melalui perangkat yang disebut router. Proses ini melibatkan pemilihan jalur terbaik untuk mentransmisikan data dari pengirim ke penerima berdasarkan informasi jaringan yang tersedia.
- Berikut disajikan tabel kelebihan dan kekurangan : https://drive.google.com/file/d/1uvBRdAKJalmy4_wVEFNpfFvlVyZd1Ccb/view?usp=drive_link
1. Routing Information Protocol (RIP)
- Cara Kerja: RIP menggunakan prinsip distance-vector, di mana setiap router mengirimkan update ke router tetangga secara berkala. Protokol akan menghitung jarak ke tujuan berdasarkan jumlah hop.
- Algoritma yang Digunakan: RIP menggunakan algoritma Bellman-Ford untuk menghitung jalur terpendek.
- Kelebihan:
- Sederhana dan mudah diimplementasikan.
- Cocok untuk jaringan kecil.
- Dukungan luas dari berbagai perangkat jaringan.
- Kekurangan:
- Maksimal 15 hop, sehingga tidak cocok untuk jaringan besar.
- Rentan terhadap loop routing.
- Konvergensi lambat dibandingkan protokol lainnya.
2. Open Shortest Path First (OSPF)
- Cara Kerja: OSPF adalah protokol link-state yang bekerja dengan memberikan informasi tentang status dan ketersediaan link ke router dalam area jaringan. Router membangun topologi jaringan dan menghitung jalur terpendek menggunakan algoritma Dijkstra.
- Algoritma yang Digunakan: Algoritma Dijkstra digunakan untuk menemukan jalur terpendek.
- Kelebihan:
- Mampu menangani jaringan besar dengan efisiensi tinggi.
- Mendukung pembagian area, yang membantu meningkatkan kinerja.
- Konvergensi yang lebih cepat dibandingkan RIP.
- Kekurangan:
- Lebih kompleks dalam konfigurasi dan pemeliharaan.
- Menggunakan lebih banyak memori dan CPU dibandingkan dengan protokol distance-vector.
3. Border Gateway Protocol (BGP)
- Cara Kerja: BGP adalah protokol yang digunakan untuk pertukaran routing antar Autonomous Systems (AS). BGP menggunakan path vector untuk menentukan jalur terbaik berdasarkan berbagai atribut.
- Algoritma yang Digunakan: BGP tidak menggunakan algoritma tradisional seperti Bellman-Ford atau Dijkstra, tetapi menggunakan sistem atribut (seperti AS-path) untuk memilih jalur.
- Kelebihan:
- Sangat scalable dan dapat menangani ribuan route.
- Mampu mengelola kebijakan routing yang kompleks.
- Cocok untuk internet global dan direktori besar.
- Kekurangan:
- Konfigurasi dan pemeliharaan yang rumit.
- Konvergensi yang lambat dalam situasi tertentu.
4. Enhanced Interior Gateway Routing Protocol (EIGRP)
- Cara Kerja: EIGRP merupakan protokol hybrid yang menggabungkan fitur dari distance-vector dan link-state. Pengirim menggunakan informasi tentang topologi jaringan untuk menghitung jarak terbaik.
- Algoritma yang Digunakan: EIGRP menggunakan algoritma DUAL (Diffusing Update Algorithm) untuk menentukan rute yang optimal.
- Kelebihan:
- Konvergensi cepat berkat DUAL.
- Sangat efisien dalam penggunaan bandwidth karena hanya mengirimkan pembaruan rute ketika ada perubahan.
- Dapat menangani berbagai jenis media dan berbagai topologi.
- Kekurangan:
- Hanya dapat digunakan pada perangkat Cisco, sehingga kurang portable.
- Pengaturan yang lebih kompleks dibandingkan dengan RIP.
Rekomendasi Penggunaan
- OSPF (Open Shortest Path First) Disarankan untuk digunakan di perusahaan besar atau data center.
- RIP (Routing Information Protocol) Cocok untuk jaringan sederhana di mana kompleksitas dan biaya operasional harus diminimalkan.
- EIGRP (Enhanced Interior Gateway Routing Protocol) Ideal untuk perusahaan yang memerlukan kinerja tinggi dan manajemen rute yang efisien.
- BGP (Border Gateway Protocol) Digunakan oleh ISP dan organisasi besar yang saling terhubung ke berbagai jaringan.
Kesimpulan
Setiap protokol routing memiliki kelebihan dan kekurangan yang membuat mereka lebih sesuai untuk kondisi tertentu. RIP dan OSPF lebih cocok untuk jaringan lokal kecil hingga menengah, sementara BGP dibutuhkan untuk jaringan yang lebih besar dan internet. EIGRP menawarkan kecepatan dan efisiensi, tetapi lebih terbatas pada perangkat Cisco. Pemilihan protokol yang tepat sangat penting untuk kinerja dan pengelolaan jaringan yang optimal.
Referensi : https://repository.ub.ac.id/id/eprint/180989/